Saat ketika warna mengetukkan tintanya; kau tersadar dan tersenyum kepadanya.

Sabtu, 25 Februari 2017

Senja (pertama)

Setiap sore di desa akan selalu sama. Ketika angin berhembus sepoi-sepoi dan sesekali terdengar mesin motor yang lewat di depan rumah. Matahari menyinari bumi sambil berusaha dihalangi awan yang tergantung rendah di atmosfer. 

Di saat sore seperti inilah, rutinitas seseorang bisa berubah sewaktu-waktu. Yoan mengira bahwa sore ini akan berjalan baik, maka ia memutuskan untuk pergi keluar. Ia keluarkan motor Honda hitam miliknya, motor keluaran tahun 2008-nya dari pagar rumah berupa bambu yang diikat jadi satu itu.

Pagar bambunya ia dorong hingga terdorong ke sebelah kiri, sambil perlahan ia keluarkan motornya ke jalan tanah. Setelah yakin bahwa semua bagian motornya telah keluar dari batas pagar dan tidak menghalangi jalur pintu, ia tutup perlahan ikatan bambu itu meskipun sambil tersaruk-saruk dengan tanah. Selesai, segera ia bersiap berangkat setelah menyalakan mesin dan naik.

Ia berkendara perlahan dengan motornya, sambil menikmati hembusan angin, juga sambil menyapa beberapa tetangga yang ia kenal; Pak Gan dengan puluhan burung bersuara emasnya, Bu Sur yang sedang mengeringkan kerupuk di depan rumah, juga si kembar Ina-Ani dengan kucing mereka Gempul di kebun pisang samping rumah pak RT.

Semuanya berlalu bersamaan dengan motor Yoan yang mulai meninggalkan tanah desa dan masuk ke daerah bukit di ujung utara kampung halamannya.
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar